Ada opini yang pernah dipublikasikan dalam suatu media massa memberikan pemahaman definitif tentang sosok "Pemimpin",
yaitu bahwa "pemimpin" adalah orang yang justru sendirian.
...
Polemik dilematis negeri kita yang tercinta inipun sebenarnya adalah sangat mendasar, yaitu : "Pemimpin".
Kodrat hakiki setiap individual adalah sebagai "Pemimpin". Konsekwensi logisnya adalah "PERTANGGUNGJAWABAN"
kepada sesama individu (sesuai dengan kewenangannya) dan akhirnya pun kepada Yang Maha Esa.
Baiklah... secara praktis ada satu hal yang patut menjadi wacana atau renungan atau review untuk pengembangan diri. Jika
kita telah menyadari akibat menjadi seorang "Pemimpin" maka implementasi yang terlahir salahsatunya adalah sikap
kehati-hatian dalam sebuah keputusan.
Contoh kasus...
Suatu keluarga yang mengalami kebangkrutan ekonomi selama beberapa tahun melakukan rembug keluarga. Dalam rembug untuk
menyatukan visi dan solusi menghadapi keterpurukan keluarga itu, Si Ayah dihadapkan pada beberapa opsi dari anggota keluarga
yang lain, antara lain:
1. Si Ibu berpendapat agar dilakukan pencurian
2. Si Sulung berpendapat agar dilakukan perampokan
3. Si Bungsu sependapat dengan Si Ibu
Mempertimbangkan berbagai opsi tersebut, akhirnya Si Ayah memutuskan secara tegas bahwa Dia akan menjadi "BURUH
PASAR" esok hari, anggota keluarga lain yang menjadi peserta rembug itupun sangat setuju dan meng-amininya.
Kajian Praktis...
Sesuai dengan budaya luhur bangsa dan Sila ke-4 Pancasila maka tindakan Si Ayah untuk mengadakan rembug keluarga adalah
tepat. Sebagai seorang "Pemimpin" walaupun Si Ayah mungkin sebenarnya telah menemukan jawaban atau solusi yang
menurutnya tepat, namun Si Ayah bukanlah tipe Pemimpin yang otoriter sehingga opsi-nya pun harus dirembug bersama anggota
keluarga yang lain seraya melakukan stimulasi edukatif terhadap anggota keluarga.
Tindakan Si Ayah yang pada akhirnya memutuskan dengan tegas mengenai opsinya pun tepat. Dalam konteks tersebut, jika seorang
"Pemimpin" dituntut tegas dan tepat sasaran. Tegas terhadap opsi-opsi keliru yang pada akhirnya tidak akan mendatangkan
manfaat bagi setiap orang. Tepat sasaran karena Si Ayah dituntut memiliki pemahaman mendasar yang lebih daripada anggota keluarga
yang lain, baik itu normatif atau yudikatif.
Dalam kasus tersebut, Si Ayah adalah "Pemimpin yang Sendirian" karena sebelum memutuskan...
Dia harus lebih tahu dan paham tentang berbagai hal yang menyangkut berbagai opsi tersebut disamping keterkaitan setiap
individu terhadap kepentingannya masing-masing;
Dia harus berpikir, mempertimbangkan atau memproyeksikan sendiri tentang manfaat berbagai opsi tersebut;
Dialah yang pertama dan mungkin paling berat konsekuensi logisnya terhadap suatu keputusan
...
Berat... Hakikat "Memimpin" itu berat... apalagi jika tidak memiliki kemampuan yang menyeluruh...
Heran... jika begitu banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi "Pemimpin" di negeri ini walaupun kapabilitas
disangsikan... apakah lowongan "Memimpin" itu trend yang harus diperebutkan...
|
|
|
|
|
|
maheswara.tripod.com
LUAR BIASA !!, mendatangkan UANG dengan Internet !!
Internet MURAH..?
bahkan GRATIS..?
TRIK TARIK UANG TUNAI DI ATM TANPA MENGURANGI SALDO ANDA
Download
PCMAV1.6PLUSUB5
Anda adalah Pengunjung
yang ke-
e-mail
|
|
|
|
|
|
|